PANDEMI, LAHIRKAN ORANG PINTAR ?
Hari ini,
Indonesia, bahkan dunia, sedang digemparkan oleh oleh serangan virus Corona
atau Covid-19. Wabah yang sudah mencapai level pandemi -wabah virus/penyakit
yang cakupannya mencapai beberapa Negara bahkan dunia-, memberi dampak yang
luar biasa pada tatanan kehidupan di banyak Negara.
Virus yang bermula dari Wuhan, China
ini dengan sangat cepat menyebar ke berbagai Negara di dunia. (Okey, sepertinya
tidak perlu panjang lebar soal ini, karena sudah hampir semua dari kita tahu. Pada
tulisan kali ini, saya ingin membahas soal dampak dari virus covid-19 di
Indonesia khususnya. Aslinya takut salah nulis juga si hehe.)
Covid-19 yang sudah menggegerkan
semua warga Negara, baik di kota maupun di desa benar-benar memberi dampak yang
luar biasa. Bukan hanya dari sector kesehatan, ekonomi dan pendidikan pun menjadi
salah satu korban keganaasan Covid-19.
Banyak warga yang mengeluhkan
perekonomiannya, sebab adanya pandemic ini. Banyak perusahaan yang terpaksa
tutup, beberapa pasar pun terlihat sepi karena himbauan dari pemerintah dan
dinas kesehatan untuk melakukan physical distancing (mengurangi kontak social).
Lembaga-lembaga pendidikan pun
terpaksa diliburkan, dan mengganti proses belajar mengajar dengan system daring(online).
Dengan tujuan, meskipun anak di rumah, tetap bisa belajar sebagaimana mestinya.
Nah, satu hal yang ingin saya bahas
lebih dalam. Pada judul tulisan ini, saya sebutkan, bahwa pandemic ini
melahirkan orang pintar ?.
Jadi begini, lagi-lagi saya
menemukan dua sisi pintar di sini. Pertama, orang pintar yang benar-benar
pintar. Akibat dari pandemic ini, banyak orang yang semakin pintar, dan
bertambah pengetahuannya mengenai jenis virus yang satu ini. Orang-orang yang
tadinya tidak memahami soal virus, sedikit banyak jadi tahu.
Nah, yang kedua, adalah
munculnya banyak orang yang sok pintar. Kenapa saya katakan sok pintar,
karena berbarengan dengan mewabahnya virus ini, semakin banyak orang yang kemudian
berbicara soal virus ini, yang sebenarnya dia kurang memahaminya, tapi dia
sampaikan dengan seakan-akan dia yang paling tahu.
Aslinya, fenomena seperti ini sudah
biasa terjadi di kalangan masyarakat. Namun hari ini, semakin banyak yang
demikian. Bahkan, akibat dari ke-sok-tahuannya ini berakibat kepada
ketakutan masyarakat di sekitarnya.
Bahaya lainnya adalah, akibat sok
tahu atau sok pintar, beberapa orang kemudian menunjuk hidung orang
lain dengan nada menyalahkan. Tanpa cek dan ricek terlebih dahulu pada kesalahan
yang ia tudingkan.
Padahal,
belum pasti dia benar. Bahkan bisa jadi dia salah. Ini banyak terjadi, salah
satunya disebabkan oleh tidak validnya berita yang beredar. Beberapa media
online local, diketemukan muncul dengan data yang kurang kredibel. Akhirnya,
muncul orang-orang yang merasa dirinya benar dengan berdasarkan apa yang ia
baca dari berita tersebut. Padahal belum jelas kebenaranya.
Bisa
jadi juga sebab orang tersebut menerima informasi yang tidak lengkap. Sehingga
justru menjadikan salah paham.
Ada baiknya
untuk kita tidak menyampaikan semua hal yang kita dengar. Bahkan jika hal
tersebut benar sekalipun, kalau memang kita bukan pada bidangnya, lebih baik
diam. Daripada memunculkan masalah baru.
Jika
memang dirasa apa yang kita ketahui itu perlu untuk disampaikan, maka
sampaikanlah dengan baik-baik, jangan memaksakan kebenaran pendapat kita. Jika perlu,
bahkan harus, agar kita crosscheck lebih dahulu soal informasi yang kita
dapatkan.
Oke,
jadi intinya, (sebenarnya bukan Cuma pandemic ini, tapi) dunia telah melahirkan
dua jenis orang pintar. Orang yang benar-benar pintar dan orang yang sok pintar.
Pertanyaannya sekarang, kita mau jadi bagian yang mana ? pilihlah dengan bijak.
(ceracau/070420)
Komentar
Posting Komentar