SETIAP SESUATU BERDIRI PADA DUA SISI


           

             “Wah enak ya sekarang bisa sekolah dari rumah pake system daring. Tinggal duduk manis di rumah, nunggu tugas, kerjakan, selesai”
            “Ah belajar dari rumah gak enak, kalo nggak faham susah, mau nanya kemana. Dijelasin lewat whatsapp gak faham-faham. Enak belajar langsung di sekolah, bisa ketemu temen-temen juga”
            “Ngajar make system daring enak ya, bikin tugas, kirim ke anak-anak, beres”
         “Ngajar make system daring itu menyusahkan, harus stay setiap saat buat ngejelasin sama anak-anak yang belum faham. Duh”
            Sedikit percakapan di atas menjadi contoh, bahwa selalu ada dua sisi berbeda pada satu hal yang sama. Sebagai permisalan adalah perihal pembelajaran system daring yang sekarang sedang diterapkan oleh hampir semua lembaga pendidikan. Mulai dari TK bahkan PAUD, sampai dengan perguruan tinggi.
            Beberapa orang merasa bahwa system ini memudahkan mereka dalam belajar dan mengajar. Namun tidak kemudian menutup semua kemungkinan ada yang juga merasa kerepotan dengan system tersebut.
            Ini baru satu contoh kecil, bahwa satu hal, memiliki dua pandangan. Jika kita mencermati, semua hal yang ada di sekitar kita mendapat status yang sama. Selalu adda yang memandang salah dan selalu ada yang memandang benar.
            Sebab inilah, saya tuliskan disini, bahwa segala sesuatu berdiri pada dua sisi. Benar dan salah. Atau baik dan buruk.
            Sebaik-baiknya orang, akan selalu ada yang menilainya buruk dalam pandangannya. Dan seburuk-buruknya orang akan ada yang menilai baik dalam pandangannya.
            Hal demikian ini lumrah terjadi, sebab masing-masing orang memiliki sudutnya sendiri dalam memandang dan menilai orang lain. Cum masing-masing orang berbeda dalam merasakan sikap orang lain terhadapnya.
            Ini penting untuk saya ibaratkan: sebuah kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk, 8 pojok, 12 sudut pertemuan sisi. Jika dilihat dari masing-masing bagian tersebut, maka akan memunculkan perbedaan pendapat mengenai kubus tersebut. Adanya persamaan bisa saja terjadi, tapi perbedaan bukan suatu hal yang mungkin untuk dielak.
            Ini baru kubus, belum lagi hewan, manusia, dan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Ketika saya tertawa, bisa jadi itu menyenangkan orang yang di samping saya, dan bisa jadi menjengkelkan orang yang ada di belakang saya.
            Jadi ini sangat lumrah terjadi. Namun, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita mampu menghadapi dan memahami fitrah tersebut.
            Sering terjadi pertengkaran, pertikaian dan lainya, sebab kadang kita tidak memahami atau mungkin lupa akan hal tersebut. Oleh sebab itu, harus sering kita ingat bahwa, perbedaa adalah sebuah fitrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
            Pemaksaan untuk sama justru akan merusak tatanan hidup. Bukankah sebuah puzzle bisa dipersatukan karena berbeda ? bukankah pelangi bisa indah dipandang karena berbeda ?
Pada apapun, tidak bisa kita paksakan bahwa pendapat kita adalah kebenaran yang paling benar. Apalagi menyalahkan dan mengintimidasi orang lain hanya karena berbeda pendapat dengan kita. Cobalah untuk mengerti, dan coba bayangkan kita berada di posisi orang yang berbeda dengan kita.
Sekali lagi, mengertilah !
Jika kau merasa tidak enak pada apa yang terjadi pada dirimu, renungkan sekali lagi, temukan apa yang enak lalu tersenyumlah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANDEMI, LAHIRKAN ORANG PINTAR ?

Benarkah Wanita Itu Wagu ?